ILMU BUDAYA DASAR
“MASYARAKAT INDONESIA TERHADAP BATIK”
DIBUAT OLEH:
NAMA : DIMAS WAHYU ARIFIAWAN
NPM: 32413525
KELAS: 1 ID06
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Apipudin, S.Th.I.,MA.Hum
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya,
saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Dalam penyelesaian
tugas ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, saya telah
berusaha untuk dapat memberikan serta mencapai hasil yang semaksimal mungkin
dan sesuai dengan harapan.
Maka
dari itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Semoga
apa yang disajikan dalam tulisan ini dapat bermanfaat bagi saya dan semua pihak
yang telah membaca.
PENDAHULUAN
Batik merupakan warisan budaya Indonesia
yang sudah ada sejak lama. Cara pembuatan yang di kerjakan dengan cara di tulis
oleh tangan manusia tanpa bantuan mesin(handmade) membuat batik dikenal di
seluruh pelosok Indonesia, bahkan hingga dikenal di Negara lain sampai ke benua
eropa. Memang banyak Negara yang mengenal Indonesia karena keindahan batik-nya.
Para turis yang berasal dari mancanegara sangat menyukai keindahan batik.
Inilah yang membuat penulis tertarik untuk membahas batik dalam makalah kali
ini.
MASYARAKAT INDONESIA TERHADAP BATIK
Batik memang sudah dikenal sejak dulu.
Warisan ini terus menerus diturunkan agar tidak dilupakan oleh generasi penerus
bangsa Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, penduduk di Indonesia juga dengan
sangat senang hati memperkenalkan batik ke Negara-negara lain. Tujuanya bukan
hanya sekedar memperkenalkan saja, tapi juga agar menarik perhatian bangsa lain
untuk tertarik mengunjungi Indonesia guna menambah devisa Negara. Selama ini
memang batik sudah “sukses” dikenal di banyak Negara dan dipamerkan. Namun,
kecintaan bangsa lain terhadap keindahan batik pun menimbulkan masalah. Sebagai
contohnya saja, beberapa waktu yang lalu, terjadi perseteruan antara Indonesia
dengan Malaysia karena memperebutkan batik sebagai ciri khas dari negaranya.
Malaysia mengaku bahwa batik berasal dari Negara Malaysia. Tindakan ini sangat
membuat warga Indonesia sangat kesal dan marah karena budaya nya ingin dicuri.
Hal ini tidak dapat disimpulkan begitu
saja. Walaupun tindakan ini merupakan tindakan warga Malaysia yang ‘senonoh’,
hal ini tidak lepas dari ke-tidak pedulian nya warga Indonesia terhadap batik.
Warga Indonesia memang sangat bangga mempunya batik, tetapi usaha dalam
melestarikanya sangatlah minim. Hanya sekian persen dari seluruh warga
Indonesia yang berjuang melestarikan budaya Indonesia ini.
Selama ini batik terus diajarkan kepada
generasi muda di Indonesia, tetapi mereka mempunyai respon yang berbeda-beda.
Dan malangnya, lebih banyak respon negative dibandingkan respon positif.
Penulis berpendapat bahwa hal yang membuat mereka meresponya dengan negative
adalah karena budaya modern akibat adanya era globalisasi yang membuat mereka
enggan untuk melestarikan budaya tradisional mereka, apalagi yang terkesan kuno
bagi mereka. Mereka lebih suka mengahbiskan waktu mereka kepada gadget gadget
yang semakin lama semakin canggih. Sungguh miris sebenarnya jika warga Indonesia
lebih cinta terhadap produk dan budaya yang berasal dari luar.
Sikap mereka yang tidak mempedulikan batik
ini lah yang membuat Negara lain melihat kesempatan emas untuk mengambil hak
milik sebagai budaya Negara mereka. Jika hal ini terjadi, dan memang
kenyataanya sudah terjadi, warga Indonesia barulah mengambil tindakan. Banyak
tuntutan kepada pemerintah agar merebut kembali batik yang mereka akui punya
Indonesia. Memang benar batik punya Indonesia, tetapi mengapa mereka baru
mengakui batik setelah ada yang berusaha untuk mencurinya. Manusia memang tidak
sepenuhnya menghargai sesuatu miliknya hingga mereka kehilanganya.
Setelah pereseteruan itu, tidak sedikit
juga warga Indonesia yang meresponnya dengan positif maupun negative. Mereka
menghina Malaysia karena sudah berusaha mencuri batik dari Indonesia dengan
membuat cacian di beberapa situs online hingga mendapat balasan dari warga
Malaysia. Meskipun demikian, tidak sedikit juga warga yang meresponya dengan
positif. Mereka kembali melestarikan dan memperkenalkan batik kepada warga
Indonesia dengan cara mengaplikasikanya ke ‘gadget’ warga Indonesia. Banyak
muncul aplikasi-aplikasi di telefon selular yang bertemakan batik.
Memang tidak lah mudah melestarikan budaya
ini, usaha-usaha seperti ini sangat dibutuhkan guna mempertahankan batik agar
tetap abadi hingga ke generasi-generasi berikutnya.
PENUTUP
Deimikianlah makalah
yang dapat penulis buat. Jika ada kata yang kurang berkenan maupun kesalahan
dalam penulisan, penulis mohon maaf karena kesempurnaan hanyalah milih Allah
SWT.
Kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk memotivasi dalam membuat makalah-makalah
berikutnya.
PENULIS
Dimas
Wahyu Arifiawan