Pages

Selasa, 28 Januari 2014

ILMU BUDAYA DASAR 4


Manusia dan Kebutuhan Batin-nya








DIBUAT OLEH:
NAMA : DIMAS WAHYU ARIFIAWAN
NPM: 32413525
KELAS: 1 ID06


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013


Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Apipudin, S.Th.I.,MA.Hum

Kamis, 09 Januari 2014

ILMU BUDAYA DASAR-3


ILMU BUDAYA DASAR
“MASYARAKAT INDONESIA TERHADAP BATIK”








DIBUAT OLEH:
NAMA : DIMAS WAHYU ARIFIAWAN
NPM: 32413525
KELAS: 1 ID06


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013


Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Apipudin, S.Th.I.,MA.Hum


KATA PENGANTAR

        
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Dalam penyelesaian tugas ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, saya telah berusaha untuk dapat memberikan serta mencapai hasil yang semaksimal mungkin dan sesuai dengan harapan.
Maka dari itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Semoga apa yang disajikan dalam tulisan ini dapat bermanfaat bagi saya dan semua pihak yang telah membaca.


PENDAHULUAN

Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang sudah ada sejak lama. Cara pembuatan yang di kerjakan dengan cara di tulis oleh tangan manusia tanpa bantuan mesin(handmade) membuat batik dikenal di seluruh pelosok Indonesia, bahkan hingga dikenal di Negara lain sampai ke benua eropa. Memang banyak Negara yang mengenal Indonesia karena keindahan batik-nya. Para turis yang berasal dari mancanegara sangat menyukai keindahan batik. Inilah yang membuat penulis tertarik untuk membahas batik dalam makalah kali ini.

MASYARAKAT INDONESIA TERHADAP BATIK
Batik memang sudah dikenal sejak dulu. Warisan ini terus menerus diturunkan agar tidak dilupakan oleh generasi penerus bangsa Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, penduduk di Indonesia juga dengan sangat senang hati memperkenalkan batik ke Negara-negara lain. Tujuanya bukan hanya sekedar memperkenalkan saja, tapi juga agar menarik perhatian bangsa lain untuk tertarik mengunjungi Indonesia guna menambah devisa Negara. Selama ini memang batik sudah “sukses” dikenal di banyak Negara dan dipamerkan. Namun, kecintaan bangsa lain terhadap keindahan batik pun menimbulkan masalah. Sebagai contohnya saja, beberapa waktu yang lalu, terjadi perseteruan antara Indonesia dengan Malaysia karena memperebutkan batik sebagai ciri khas dari negaranya. Malaysia mengaku bahwa batik berasal dari Negara Malaysia. Tindakan ini sangat membuat warga Indonesia sangat kesal dan marah karena budaya nya ingin dicuri.
Hal ini tidak dapat disimpulkan begitu saja. Walaupun tindakan ini merupakan tindakan warga Malaysia yang ‘senonoh’, hal ini tidak lepas dari ke-tidak pedulian nya warga Indonesia terhadap batik. Warga Indonesia memang sangat bangga mempunya batik, tetapi usaha dalam melestarikanya sangatlah minim. Hanya sekian persen dari seluruh warga Indonesia yang berjuang melestarikan budaya Indonesia ini.
Selama ini batik terus diajarkan kepada generasi muda di Indonesia, tetapi mereka mempunyai respon yang berbeda-beda. Dan malangnya, lebih banyak respon negative dibandingkan respon positif. Penulis berpendapat bahwa hal yang membuat mereka meresponya dengan negative adalah karena budaya modern akibat adanya era globalisasi yang membuat mereka enggan untuk melestarikan budaya tradisional mereka, apalagi yang terkesan kuno bagi mereka. Mereka lebih suka mengahbiskan waktu mereka kepada gadget gadget yang semakin lama semakin canggih. Sungguh miris sebenarnya jika warga Indonesia lebih cinta terhadap produk dan budaya yang berasal dari luar.
Sikap mereka yang tidak mempedulikan batik ini lah yang membuat Negara lain melihat kesempatan emas untuk mengambil hak milik sebagai budaya Negara mereka. Jika hal ini terjadi, dan memang kenyataanya sudah terjadi, warga Indonesia barulah mengambil tindakan. Banyak tuntutan kepada pemerintah agar merebut kembali batik yang mereka akui punya Indonesia. Memang benar batik punya Indonesia, tetapi mengapa mereka baru mengakui batik setelah ada yang berusaha untuk mencurinya. Manusia memang tidak sepenuhnya menghargai sesuatu miliknya hingga mereka kehilanganya.
Setelah pereseteruan itu, tidak sedikit juga warga Indonesia yang meresponnya dengan positif maupun negative. Mereka menghina Malaysia karena sudah berusaha mencuri batik dari Indonesia dengan membuat cacian di beberapa situs online hingga mendapat balasan dari warga Malaysia. Meskipun demikian, tidak sedikit juga warga yang meresponya dengan positif. Mereka kembali melestarikan dan memperkenalkan batik kepada warga Indonesia dengan cara mengaplikasikanya ke ‘gadget’ warga Indonesia. Banyak muncul aplikasi-aplikasi di telefon selular yang bertemakan batik.
Memang tidak lah mudah melestarikan budaya ini, usaha-usaha seperti ini sangat dibutuhkan guna mempertahankan batik agar tetap abadi hingga ke generasi-generasi berikutnya.

PENUTUP

         Deimikianlah makalah yang dapat penulis buat. Jika ada kata yang kurang berkenan maupun kesalahan dalam penulisan, penulis mohon maaf karena kesempurnaan hanyalah milih Allah SWT.
         Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk memotivasi dalam membuat makalah-makalah berikutnya.

                                                                                 PENULIS
Dimas Wahyu Arifiawan